Jumat, 28 Oktober 2011
NOVEL PERJAKA
Kafi Kurnia:
"Novel nyang paling kocak dan paling lucu abad ini....."PERJAKA" penulis KARTIKA CATUR PELITA, penerbit AKOER."
NOVEL PERJAKA
Kafi Kurnia....coming soon...novel nyang paling kocak dan paling lucu abad ini...PERJAKA, penulis Kartika Catur Pelita, penerbit AKOER
Minggu, 25 September 2011
kartika catur pelita: Alam dan Balon warna-warni(Kartika Catur Pelita, Y...
kartika catur pelita: Alam dan Balon warna-warni(Kartika Catur Pelita, Y...: Setiap pagi, saat aku sibuk membetulkan tali sepatu dan hendak berangkat sekolah, bocah lelaki itu lewat. Dia seumuran denganku, tapi di...
Alam dan Balon warna-warni(Kartika Catur Pelita, Yunior--Suara Merdeka, 25 September 2011)
Setiap pagi, saat aku sibuk membetulkan tali sepatu dan hendak berangkat sekolah, bocah lelaki itu lewat. Dia seumuran denganku, tapi dia tak berseragam sekolah. Dia asyik mengayuh sepeda bututnya. Balon-balon berwarna-warni ada di boncengannya.
Semula aku tak mengenal siapa dia. Tapi ketika Bu Malida, guru bahasa Indonesiaku , memberi tugas wawancara,aku mulai mengenal siapa dia si pembawa balon warna-warni. Ada balon warna merah, kuning, hijau, pink....
******
"Namaku Alam."
"Berapa usia kamu?"
"11 tahun."
"Berapa saudara kamu?"
"Aku anak sulung. Adikku tiga orang."
"Orang tua kamu kerja apa?"
"Bapakku petani. Tapi bapakku meninggal ketika terjadi banjir bandang 3 tahun yang lalu."
"Ibumu...?"
"Emak masih ada. Emak bekerja jadi tukang cuci dan setrika. Aku tinggal bersama Emak dan adik-adikku yang masih kecil."
******
Ternyata Alam anak yatim. Alam kelihatan sedih ketika menceritakan nasib keluarganya. Mereka hidup dalam kemiskinan. "Kasihan, " gumamku. Aku membayangkan seandainya bernasib seperti Alam. Untung aku masih memiliki orang tua lengkap. Bapakku seoang pengusaha. Ibuku seonag guru. Kakaku sekolah di SMA. Adikku masih TK.
Kehidupan kami berkecukupan. Bahkan di kampung ini rumah kami masih paling megah. Da mobil, antena parabola.
*******
Aku tak pernah membaynagkan ada orang yang hidup sepeti Alam. Bahkan untuk tiga kali sehari juga susah.
"Masak sih kalian cuma makan sehari cuma dua kali, bahkan kadang makan sekali. Apa nggak lapar...?" tanyaku.
"Iya sih lapar. Tapi bagaiamana lagi. Emak hanya buruh. Kalau sudah mendapat upah baru bisa beli beras. Apalagi beras sekarang mahal. Kami jarang bisa beli lauk. Kami makan dengan kecap atau garam."
"Sunguh kasihan..." Terbayang di mataku, makanan di rumahku selalu ada. Bahkan berlebihan. Kadang sampai basi hingga harus dibuang.
"Karena itu aku membantu Emak jualan balon-balon ini."
"Oya?"
"Hasilnya lumayan. Setiap balon yang berhasil aku kujual aku dapt untung lima ratus rupiah. Uangnya aku berikan untuk bantu Emak. Sisanya aku tabung untuk sekolah lagi, mungkin tahun depan."
"Kamu pernah sekolah, Lam?'
"Ya, tapi kelas 5 aku keluar. Tidak mampu bayar uang sekolah. Karenya kadang aku iri melihat anak-anak seusiaku memakai seragam sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, inilah keadaanku, yang memang kekurangan."
Aku semakin trenyuh melihat keadaan Alam.
*******
Aku menuliskan hasil wawancaraku dengan Alam. Hari ini kau membacakannya di depan kelas. Aku mendapat sambutan meriah. Bu Malida memberiku nilai sembilan. ku senang sekali.Aku berterima kasih pada Alam yang telah mau menjadi sumber wawancaraku.
*******
Setiap pagi, ketika aku duduk di teras depan rumah, ketika aku menalikan tali seatuku, Alam selalu lewat dan melambaikan tagannya. Sepeda Alam kini tak lagi butut. Diboncengannya tak hanya ada balon warna-warni, juga bermacam-macam maianan anak-anak.
Kedua orangtuaku yang mengetahui kesusahan Alam, turun tangan. Bahkan Ayah dan Ibu mengangkat Alam sebagai anak asuh. Tiga bulan lagi ketika tahun ajaran baru, Alam akan mengenakan seragam sekolah. Alam akan kembali ke bangku pendidikan. Apakah setelah sekolah Alam masih berjualan balon warna-warni dan mainan?
Entahlah. Kata Ayah, " Terserah Alam. Alam bisa berjualan sepulang sekolah. Atau kalau mau Alam bisa tinggal di rumah, membantu salah satu toko Ayah."
*******
Kota Ukir, 11 Januari 2010
Semula aku tak mengenal siapa dia. Tapi ketika Bu Malida, guru bahasa Indonesiaku , memberi tugas wawancara,aku mulai mengenal siapa dia si pembawa balon warna-warni. Ada balon warna merah, kuning, hijau, pink....
******
"Namaku Alam."
"Berapa usia kamu?"
"11 tahun."
"Berapa saudara kamu?"
"Aku anak sulung. Adikku tiga orang."
"Orang tua kamu kerja apa?"
"Bapakku petani. Tapi bapakku meninggal ketika terjadi banjir bandang 3 tahun yang lalu."
"Ibumu...?"
"Emak masih ada. Emak bekerja jadi tukang cuci dan setrika. Aku tinggal bersama Emak dan adik-adikku yang masih kecil."
******
Ternyata Alam anak yatim. Alam kelihatan sedih ketika menceritakan nasib keluarganya. Mereka hidup dalam kemiskinan. "Kasihan, " gumamku. Aku membayangkan seandainya bernasib seperti Alam. Untung aku masih memiliki orang tua lengkap. Bapakku seoang pengusaha. Ibuku seonag guru. Kakaku sekolah di SMA. Adikku masih TK.
Kehidupan kami berkecukupan. Bahkan di kampung ini rumah kami masih paling megah. Da mobil, antena parabola.
*******
Aku tak pernah membaynagkan ada orang yang hidup sepeti Alam. Bahkan untuk tiga kali sehari juga susah.
"Masak sih kalian cuma makan sehari cuma dua kali, bahkan kadang makan sekali. Apa nggak lapar...?" tanyaku.
"Iya sih lapar. Tapi bagaiamana lagi. Emak hanya buruh. Kalau sudah mendapat upah baru bisa beli beras. Apalagi beras sekarang mahal. Kami jarang bisa beli lauk. Kami makan dengan kecap atau garam."
"Sunguh kasihan..." Terbayang di mataku, makanan di rumahku selalu ada. Bahkan berlebihan. Kadang sampai basi hingga harus dibuang.
"Karena itu aku membantu Emak jualan balon-balon ini."
"Oya?"
"Hasilnya lumayan. Setiap balon yang berhasil aku kujual aku dapt untung lima ratus rupiah. Uangnya aku berikan untuk bantu Emak. Sisanya aku tabung untuk sekolah lagi, mungkin tahun depan."
"Kamu pernah sekolah, Lam?'
"Ya, tapi kelas 5 aku keluar. Tidak mampu bayar uang sekolah. Karenya kadang aku iri melihat anak-anak seusiaku memakai seragam sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, inilah keadaanku, yang memang kekurangan."
Aku semakin trenyuh melihat keadaan Alam.
*******
Aku menuliskan hasil wawancaraku dengan Alam. Hari ini kau membacakannya di depan kelas. Aku mendapat sambutan meriah. Bu Malida memberiku nilai sembilan. ku senang sekali.Aku berterima kasih pada Alam yang telah mau menjadi sumber wawancaraku.
*******
Setiap pagi, ketika aku duduk di teras depan rumah, ketika aku menalikan tali seatuku, Alam selalu lewat dan melambaikan tagannya. Sepeda Alam kini tak lagi butut. Diboncengannya tak hanya ada balon warna-warni, juga bermacam-macam maianan anak-anak.
Kedua orangtuaku yang mengetahui kesusahan Alam, turun tangan. Bahkan Ayah dan Ibu mengangkat Alam sebagai anak asuh. Tiga bulan lagi ketika tahun ajaran baru, Alam akan mengenakan seragam sekolah. Alam akan kembali ke bangku pendidikan. Apakah setelah sekolah Alam masih berjualan balon warna-warni dan mainan?
Entahlah. Kata Ayah, " Terserah Alam. Alam bisa berjualan sepulang sekolah. Atau kalau mau Alam bisa tinggal di rumah, membantu salah satu toko Ayah."
*******
Kota Ukir, 11 Januari 2010
Selasa, 06 September 2011
Dodolitdodolitdodolibret vs Ayat-ayat Cinta
Selasa, 30 Agustus 2011. Sebagian umat Islam sudah merayakan Idul Fitri. Pemerntah dalam sidang Isbat belum memutuskan Lebaran hari ini. Aku menggenapi puasa 30 hari. Masih i'tikaf pada sebuah masjid. Ba'da Ashar aku bersandar pada saka masjid, udara berhembus sepoi, segar. Mata tua Pak Yasin membuka, tersenyum menatapku, binar.
. "Dah lama, Ndrong?"
Aku mengangguk ringan. Beliau selalu memanggilku begitu, padahal aku sudah memberitakan namaku. Tapi namaku mungkin terlalu keren, dan lebih asik memanggil dari penampilanku. Hehhe
. "Sudah dapat zakat, Pak?"
"Kemarian. Hari ini dapet lagi, syukurlah..."
"Insyaalah.."
Kami tengah berbincang ringan, ketika seorang remaja belia-sosoknya mengingatkan pada Bisma SMASH- datang dna menyalami.
"Masih ingat saya, Pak?"
Komputer di kepalaku mengingat. Aku memilih tersenyum-hal aman yang bisa kau lakukan ketika kau bertemu seseorang dan kau lupa siapa dia. Ia pernah bertemu denganku? Sepertinya...
"Saya sembahyang dulu, Pak."
"Silakan."
Ia, pemuda berseragam Pramuka, bersarung dan berjaket berlalu. Pak Yasin-lelaki malang yang ditinggal minggat anak istrinya-sumringah padaku. "Anak orang kaya, Ndrong. Naik Avanza."
Aku melihat beberapa mobil diparkir di halaman masjid. "Mengapa kalo dia anak orang kaya, Pak?"
"Siapa tahu mo beri zakat mal aku."
"Ah." Aku menyeringai. Membuka buku noteku. Hari ini aku sempat menulis beberapa puisi tentang Lebaran. Bersyukurlah..
Si Bisma selesai sholat dan menghampiri.
"Sudah ingat saya, Pak?"
"Tentu saja, " aku mengiyakan, yakin. "Namamu Rei. No hpmu...." aku membuka buku noteku. " Percaya gak. Hari ini note yang kubawa ada namamu. Tadi aku barusan nulis puisi, membuka lembaran buku dan terpacak nama dan no hpmu. Sekilas aku ingat kamu, eh sekarang kita bertemu..."
Ia tersenyum dan duduk di depanku. Seiring lalu, tergambar di layar...mataku.
***
Tiga bulan yang lalu, siang sekitar jam dua, aku ke perpustakaan umum Jepara. Mencari majalah Kartini yang memuat cerpen Guntur Alam. Tempo hari di fb ia berkabar. Tumben di rak majalah sebiji majalah Kartini tak ada. Aku ke ruang Pustakawan. "Maaf, mbak. Majalah Kartini kok gak ada. Sebuah pun..." Ia mencari dan ternyata ada di laci di dekatnya. Aku menerima 2 majalah Kartini edisi terbaru bersampul artis(aku lupa namnya dan satunya Laudia Chintia Bella. Aku membukanya. Benar ada cerpen Perempuan Kedua karya Jodi asal Muara enim itu. Eh, tapi kok judulnya seperti cerpen yang tempo hari dikirim ke majalah Alia.Entah. Bisa aja ia membikin cerpen dengan judul sama kan? Aku menenteng majalah ke ruang baca majalah, dan mengambil tumpukan majalah Paras, Hai, Aneka, Tempo, Hidayatullah, National Geographic, juga beberapa tabloid, dari Nova sampai Sajiku. Tak luap menyambar Cempaka. Cerpen Adizam-zam alias Nurhadi alias HP, dimuat di tabloid saudaranya Suara Merdeka itu. Cerpen Malam Pertamanya. Wuih, keren, ia menuliskannya dalam bentuk puisi. Cerpen seapik ini honornya150 ribu? Wah, gak sepadan, honor menulis emang kecil, tapi kepuasan batin, aspresiasi dari pembaca lebih besar, memuaskan batin. Hehehhe
Aku asik tenggelam dalam bacaan,lumayan lama, ketika ekor mataku menembus ruang internet. Aku menuju ke sana. Wah, kebetulan ada yang keluar, remaja belia-seumuran Bisma SMASH. Aku menempati kompi yang ditinggalkannya. Tapi baru saja aku login fb, ketika ia-anak umur belasan - muncul...
"Maaf, pak, saya belom selesai. Beli minuman."
"Wah, maaf dik."
Aku bangkit, mencari akal. Enam kepala asik ngenet. Tak ada petugas jaga. Padahal jatah ngenet cuma setengah jam. Tak ada penjaga bisa sejam lebih atau berjam-jam. Hhehe, dari pengalaman pribadi, bro.
"Maaf, siapa yang yang sudah dari tadi, gantian, Mas!"
Dua kepala tahu diri. Aku mengisi status fb. Setengah jam, ketika rombongan gadis berseragam putih abu-abu jilbab ayu abu-abu datang. Aku tahu diri. "Mo internetan, dik. Sebentar aku logout..."
Aku kembali asik membawa tumpukan majalah, dan duduk di meja dekat jendela besar. Eh, ia- Si Bisma - duduk di sana. Kami basa-basi.
"Suka baca, dik?"
"Suka juga, Mas. Tapi gak sempat karena banyak ngerjain tugas sekolah." Ia mondok pada sebuah pesantren modern di daerah Semarang
"Suka baca cerpen?"
"Suka sih, Mas?"
"Pernah baca cerpen Guntur Alam?"
"Pernah Mas. Di Suara Merdeka."
Wah,ternyata Gundala, eh GA beken juga, ya!
"Mas wartawan?"
"Aku penulis fiksi."
"Tulisannya pernah dimuat di mana?"
"Cerita anak di Yunior, Suara Merdeka. Beberapa tulisan di Swara Muda. Cerpen di Annida dan Suara Pembaruan. Eh, aku nulis novel. Sebentar lagi novelku terbit."
"Penerbitnya, Mas?"
"Penerbit AKOER."
"Akoer...?"
"Pernah denger.Akoer yang nerbitin Supernovanya Dewi Lestari. Pintu Terlarang.?"
Ia mengaggguk-angguk, entah paham atau tak. Tapi ia penasaran bertanya. "Mas kalo novelnya terbit aku diberitahu, ya. Oya ...no hape Mas berapa ?"
Aku mengaku. Jujur berbuti canda. "Aku mo ganti no, bro. No hape kamu aja kucatat. Oya siapa namamu?"
****
Si Bisma yang ternyata bernama Rei menatapku. "Mas pernah baca cerpen Dodolitdodolitdodolibret?"
"Pernah. Dodolitdodolitdodolibret karya Seno Gumira Ajidarma?"
"Aku mendowloadnya, Mas. Baru baca 2 baris, eh gak mudeng, gak paham. Gak dilanjutin..."
"Mengapa?"
"Bahasanya seperti puisi, Mas. Sukar dimengerrti.'
"Sastra keindahannya pada hal itu. Kau baca, tak kau pahami, tapi kau merasa satu keindahan di hati. Kadang begitu."
"Entah, Mas."
"Karya sastra apa yang pernah kau baca, dan suka?"
"Ayat-ayat Cinta..."
Fiksi Seno Gumira Ajidarma, seperti Penembak Misterius, Saksi Mata, Sepotong Senja untuk Pacarku, Atas nama cinta, Kematian Dony Osmond, komik Sukab Intel Melayu, adalah sebagian yang pernah aku baca. Serial NagaBumi pernah tayang di Suara Merdeka, aku pernah baca walau tak utuh. (Aku membaca sekitar tahun 2001-2004. (Bareng novel-novel pengarang lain, ratusan pengarang - Mira W, Sedney S, sampai Pramudya Ananta Toer) Setelah itu aku asik menulis dan jarang baca novel, hanya cerpen yang dimuat di koran, tabloid, atau majalah. Karena kupikir aku minum cukup banyak, dan masanya aku menuangkannya dalam gelas dan mangkuk karya. Jadi, jujur aku malah belum pernah baca Ayat-ayat Cinta.
"Mas aku nulis cerpen. Selama sebulan. Ikut lomba pengalaman internetan bareng Speedy"
"Bagus itu. Smoga menang."
"Menulis langsung ketika mendapat ide dengan menulis ditunda-maksudnya menulis secara menyicil, bagusan mana, mas?'
"Tergantung. Sama-sama bagus."
"Mas aku biasanya dapet ide ketika mandi, mas dapet ide saat sedang apa biasanya?"
.................
..................
(bersambung, ya?)
. "Dah lama, Ndrong?"
Aku mengangguk ringan. Beliau selalu memanggilku begitu, padahal aku sudah memberitakan namaku. Tapi namaku mungkin terlalu keren, dan lebih asik memanggil dari penampilanku. Hehhe
. "Sudah dapat zakat, Pak?"
"Kemarian. Hari ini dapet lagi, syukurlah..."
"Insyaalah.."
Kami tengah berbincang ringan, ketika seorang remaja belia-sosoknya mengingatkan pada Bisma SMASH- datang dna menyalami.
"Masih ingat saya, Pak?"
Komputer di kepalaku mengingat. Aku memilih tersenyum-hal aman yang bisa kau lakukan ketika kau bertemu seseorang dan kau lupa siapa dia. Ia pernah bertemu denganku? Sepertinya...
"Saya sembahyang dulu, Pak."
"Silakan."
Ia, pemuda berseragam Pramuka, bersarung dan berjaket berlalu. Pak Yasin-lelaki malang yang ditinggal minggat anak istrinya-sumringah padaku. "Anak orang kaya, Ndrong. Naik Avanza."
Aku melihat beberapa mobil diparkir di halaman masjid. "Mengapa kalo dia anak orang kaya, Pak?"
"Siapa tahu mo beri zakat mal aku."
"Ah." Aku menyeringai. Membuka buku noteku. Hari ini aku sempat menulis beberapa puisi tentang Lebaran. Bersyukurlah..
Si Bisma selesai sholat dan menghampiri.
"Sudah ingat saya, Pak?"
"Tentu saja, " aku mengiyakan, yakin. "Namamu Rei. No hpmu...." aku membuka buku noteku. " Percaya gak. Hari ini note yang kubawa ada namamu. Tadi aku barusan nulis puisi, membuka lembaran buku dan terpacak nama dan no hpmu. Sekilas aku ingat kamu, eh sekarang kita bertemu..."
Ia tersenyum dan duduk di depanku. Seiring lalu, tergambar di layar...mataku.
***
Tiga bulan yang lalu, siang sekitar jam dua, aku ke perpustakaan umum Jepara. Mencari majalah Kartini yang memuat cerpen Guntur Alam. Tempo hari di fb ia berkabar. Tumben di rak majalah sebiji majalah Kartini tak ada. Aku ke ruang Pustakawan. "Maaf, mbak. Majalah Kartini kok gak ada. Sebuah pun..." Ia mencari dan ternyata ada di laci di dekatnya. Aku menerima 2 majalah Kartini edisi terbaru bersampul artis(aku lupa namnya dan satunya Laudia Chintia Bella. Aku membukanya. Benar ada cerpen Perempuan Kedua karya Jodi asal Muara enim itu. Eh, tapi kok judulnya seperti cerpen yang tempo hari dikirim ke majalah Alia.Entah. Bisa aja ia membikin cerpen dengan judul sama kan? Aku menenteng majalah ke ruang baca majalah, dan mengambil tumpukan majalah Paras, Hai, Aneka, Tempo, Hidayatullah, National Geographic, juga beberapa tabloid, dari Nova sampai Sajiku. Tak luap menyambar Cempaka. Cerpen Adizam-zam alias Nurhadi alias HP, dimuat di tabloid saudaranya Suara Merdeka itu. Cerpen Malam Pertamanya. Wuih, keren, ia menuliskannya dalam bentuk puisi. Cerpen seapik ini honornya150 ribu? Wah, gak sepadan, honor menulis emang kecil, tapi kepuasan batin, aspresiasi dari pembaca lebih besar, memuaskan batin. Hehehhe
Aku asik tenggelam dalam bacaan,lumayan lama, ketika ekor mataku menembus ruang internet. Aku menuju ke sana. Wah, kebetulan ada yang keluar, remaja belia-seumuran Bisma SMASH. Aku menempati kompi yang ditinggalkannya. Tapi baru saja aku login fb, ketika ia-anak umur belasan - muncul...
"Maaf, pak, saya belom selesai. Beli minuman."
"Wah, maaf dik."
Aku bangkit, mencari akal. Enam kepala asik ngenet. Tak ada petugas jaga. Padahal jatah ngenet cuma setengah jam. Tak ada penjaga bisa sejam lebih atau berjam-jam. Hhehe, dari pengalaman pribadi, bro.
"Maaf, siapa yang yang sudah dari tadi, gantian, Mas!"
Dua kepala tahu diri. Aku mengisi status fb. Setengah jam, ketika rombongan gadis berseragam putih abu-abu jilbab ayu abu-abu datang. Aku tahu diri. "Mo internetan, dik. Sebentar aku logout..."
Aku kembali asik membawa tumpukan majalah, dan duduk di meja dekat jendela besar. Eh, ia- Si Bisma - duduk di sana. Kami basa-basi.
"Suka baca, dik?"
"Suka juga, Mas. Tapi gak sempat karena banyak ngerjain tugas sekolah." Ia mondok pada sebuah pesantren modern di daerah Semarang
"Suka baca cerpen?"
"Suka sih, Mas?"
"Pernah baca cerpen Guntur Alam?"
"Pernah Mas. Di Suara Merdeka."
Wah,ternyata Gundala, eh GA beken juga, ya!
"Mas wartawan?"
"Aku penulis fiksi."
"Tulisannya pernah dimuat di mana?"
"Cerita anak di Yunior, Suara Merdeka. Beberapa tulisan di Swara Muda. Cerpen di Annida dan Suara Pembaruan. Eh, aku nulis novel. Sebentar lagi novelku terbit."
"Penerbitnya, Mas?"
"Penerbit AKOER."
"Akoer...?"
"Pernah denger.Akoer yang nerbitin Supernovanya Dewi Lestari. Pintu Terlarang.?"
Ia mengaggguk-angguk, entah paham atau tak. Tapi ia penasaran bertanya. "Mas kalo novelnya terbit aku diberitahu, ya. Oya ...no hape Mas berapa ?"
Aku mengaku. Jujur berbuti canda. "Aku mo ganti no, bro. No hape kamu aja kucatat. Oya siapa namamu?"
****
Si Bisma yang ternyata bernama Rei menatapku. "Mas pernah baca cerpen Dodolitdodolitdodolibret?"
"Pernah. Dodolitdodolitdodolibret karya Seno Gumira Ajidarma?"
"Aku mendowloadnya, Mas. Baru baca 2 baris, eh gak mudeng, gak paham. Gak dilanjutin..."
"Mengapa?"
"Bahasanya seperti puisi, Mas. Sukar dimengerrti.'
"Sastra keindahannya pada hal itu. Kau baca, tak kau pahami, tapi kau merasa satu keindahan di hati. Kadang begitu."
"Entah, Mas."
"Karya sastra apa yang pernah kau baca, dan suka?"
"Ayat-ayat Cinta..."
Fiksi Seno Gumira Ajidarma, seperti Penembak Misterius, Saksi Mata, Sepotong Senja untuk Pacarku, Atas nama cinta, Kematian Dony Osmond, komik Sukab Intel Melayu, adalah sebagian yang pernah aku baca. Serial NagaBumi pernah tayang di Suara Merdeka, aku pernah baca walau tak utuh. (Aku membaca sekitar tahun 2001-2004. (Bareng novel-novel pengarang lain, ratusan pengarang - Mira W, Sedney S, sampai Pramudya Ananta Toer) Setelah itu aku asik menulis dan jarang baca novel, hanya cerpen yang dimuat di koran, tabloid, atau majalah. Karena kupikir aku minum cukup banyak, dan masanya aku menuangkannya dalam gelas dan mangkuk karya. Jadi, jujur aku malah belum pernah baca Ayat-ayat Cinta.
"Mas aku nulis cerpen. Selama sebulan. Ikut lomba pengalaman internetan bareng Speedy"
"Bagus itu. Smoga menang."
"Menulis langsung ketika mendapat ide dengan menulis ditunda-maksudnya menulis secara menyicil, bagusan mana, mas?'
"Tergantung. Sama-sama bagus."
"Mas aku biasanya dapet ide ketika mandi, mas dapet ide saat sedang apa biasanya?"
.................
..................
(bersambung, ya?)
Rabu, 25 Mei 2011
Aku benci rambut panjang
AKU BENCI RAMBUT PANJANG" adalah judul cerpenku yang dimuat di SUARA PEMBARUAN , 22 Mei 2011. Cerpen memikat yang bertutur tentang perempuan lajang yang mengalami traumatik karena dikhinati pasangan. Perlakuan apa yang ditoreh lelaki cinta pertama sehingga si perempuan karir nan jelita memelihara bara benci di dada...pada Ipah perempuan lugu yang kebetulan berambut panjang? Hei, kalian harus baca, ya...
Jumat, 28 Januari 2011
GIGOLO, SEBUAH PROFESI?
Insiden menarik terjadi ketika pada syutung acara "KICK ANDY" seorang penonton kabarnya di usir hanya gara-gara mereka tak puas pada acara tersebut yang mengetengahkan seorang remaja yang menterakan sebagian jalan hidupnya yang kelam. Remaja pria berusia belasan tahun tersebut mengaku berprofesi sebagai GIGOLO?
Seorang penonton yang konon pengusaha dan pegiat sosial terkenal itu semula menginterupsi acara tersebut-ketika si GIGOLO membuka aib yang dilakukannya. Pesohor itu seolah menampik bahwa pengakuan pemuda- yang tak lagi perjaka itu sebuah kebohongan semata.
Sebuah kenytaan ironis ketika dia seolah menutup mata bahwa kehidupan seseorang atau jalan hidup yang seseorang harus manis.
Begitu kelam dan hinakah keberadaan seorang gigolo- yang tak ubahnya-pelacur lelaki? Apalah GIGOLO memang ada?
Seolah beberapa kalangan masyaraka menutup mata bahwa profesi GIGOLO-seperti halnya PSK memang nyata ada di sekitar kita.
Faktor keterpeksaan dan ekonomi alasan metreka melakukan pekerjaan yang bagi kaum beragama yang bermoral tinggi- bikin merinding bulu kuduk. Jika PSK sampai detik ini belum diakui sebuah profesi karena dalam KTP seseorang belum pernah ada yang mencantumkan profesinya sebagai pemuas nafsu, begitu pulakah dengan gigolo?
Gigolo apakah sebuah profesi? Setiap orang tentu memiliki pendapat beraneka ragam ditinjau dari berbagai aspek pula..
Tapi setidaknya pengakuan LIMANOV yang berprofesi sebagai GIGOLO sejak duduk di bangku SMA adalah sebuah kisah yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita. Saya pribadi pernah bertemu seorang pemuda berumur 18 tahun yang mengaku berprofesi gigiolo di Jakarta. Pemuas nafsu Tante girang atau perempuan kesepian kaum high class. Tapi saya tak kan menuturkan pengalaman si pemuda tampan tersebut.
Karena saya lebih tertarik menceritakan kisah LIMANOV, cowok indo yang dibesarkan oleh neneknya, sejak kecil tak memiliki figur panutan, ketika kelas SD berpacaran dengan kakak kelasnya. Kala SMP berciuman bibir dengan kakak kelasnya, tapi ketika kelas 1 SMA bercinta dengan ibu kekasihnya. Kemudian si pemuda tampan tersebut bertualang dari satu ranjang perempuan ke perempuan lainya. Bahkan terlibat dalam hubungan sejenis para ekspatriat.
Siapa LIMANOV?
Saya menuturkannya dalam novel seksi: "KEPERJAKAAN(LODI-LIMANOV-LAYAN-KUAT)" penerbit AKOER. Jika anda tertarik bisa membacanya novel perdana saya yang mengupas apa arti perjaka bagi 4 remaja pria berbeda watak, sifat, kehidupan sosial dan didikan keluarga. Benarkah nilai keperjakaan tak berarti bagi seorang lelaki?
LODI: remaja 17 tahun kelas 2 SMA; pertemanan dengan bukan anak sekolah mempengaruhinya suka nonton dangdut, miras dan trek-trekkan. Juga bertualang ke kompleks pelacuran!
LIMANOV: pemuda tampan, indo, kelas 2 SMA, profesi gigolo, yang mengalami krisis identitas.
LAYAN: pemuda anak nelayan miskin, yang karena droup out SMA, dan melelang KEPERJAKAAN-nya!.
KUAT: remaja 19 tahun, buruh pabrik.Sejak kecil ditinggal ayahnya merantau ke Jakarta dan tiada kabar berita! Dalam keterbatasan dia mewujudkan obsesi menjadi penulis dan bertemu ayahnya!
"Tak ada beda antara seorang lelaki yang pernah melakukan hubungan seks atau pun belum?" Benarkah?! Lalu apa arti perjaka bagi seorang lelaki? Saya menuturkannya dengan manis: Sisi sudut 4 remaja pria ketika mereka berkisah tentang arti PERSAHABATAN, KELUARGA, CINTA, juga pengalaman SEKS pertama mereka sebagai lelaki: dalam novel seksi KEPERJAKAAN( LODI-LIMANOV-LAYAN-KUAT)
Seorang penonton yang konon pengusaha dan pegiat sosial terkenal itu semula menginterupsi acara tersebut-ketika si GIGOLO membuka aib yang dilakukannya. Pesohor itu seolah menampik bahwa pengakuan pemuda- yang tak lagi perjaka itu sebuah kebohongan semata.
Sebuah kenytaan ironis ketika dia seolah menutup mata bahwa kehidupan seseorang atau jalan hidup yang seseorang harus manis.
Begitu kelam dan hinakah keberadaan seorang gigolo- yang tak ubahnya-pelacur lelaki? Apalah GIGOLO memang ada?
Seolah beberapa kalangan masyaraka menutup mata bahwa profesi GIGOLO-seperti halnya PSK memang nyata ada di sekitar kita.
Faktor keterpeksaan dan ekonomi alasan metreka melakukan pekerjaan yang bagi kaum beragama yang bermoral tinggi- bikin merinding bulu kuduk. Jika PSK sampai detik ini belum diakui sebuah profesi karena dalam KTP seseorang belum pernah ada yang mencantumkan profesinya sebagai pemuas nafsu, begitu pulakah dengan gigolo?
Gigolo apakah sebuah profesi? Setiap orang tentu memiliki pendapat beraneka ragam ditinjau dari berbagai aspek pula..
Tapi setidaknya pengakuan LIMANOV yang berprofesi sebagai GIGOLO sejak duduk di bangku SMA adalah sebuah kisah yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita. Saya pribadi pernah bertemu seorang pemuda berumur 18 tahun yang mengaku berprofesi gigiolo di Jakarta. Pemuas nafsu Tante girang atau perempuan kesepian kaum high class. Tapi saya tak kan menuturkan pengalaman si pemuda tampan tersebut.
Karena saya lebih tertarik menceritakan kisah LIMANOV, cowok indo yang dibesarkan oleh neneknya, sejak kecil tak memiliki figur panutan, ketika kelas SD berpacaran dengan kakak kelasnya. Kala SMP berciuman bibir dengan kakak kelasnya, tapi ketika kelas 1 SMA bercinta dengan ibu kekasihnya. Kemudian si pemuda tampan tersebut bertualang dari satu ranjang perempuan ke perempuan lainya. Bahkan terlibat dalam hubungan sejenis para ekspatriat.
Siapa LIMANOV?
Saya menuturkannya dalam novel seksi: "KEPERJAKAAN(LODI-LIMANOV-LAYAN-KUAT)" penerbit AKOER. Jika anda tertarik bisa membacanya novel perdana saya yang mengupas apa arti perjaka bagi 4 remaja pria berbeda watak, sifat, kehidupan sosial dan didikan keluarga. Benarkah nilai keperjakaan tak berarti bagi seorang lelaki?
LODI: remaja 17 tahun kelas 2 SMA; pertemanan dengan bukan anak sekolah mempengaruhinya suka nonton dangdut, miras dan trek-trekkan. Juga bertualang ke kompleks pelacuran!
LIMANOV: pemuda tampan, indo, kelas 2 SMA, profesi gigolo, yang mengalami krisis identitas.
LAYAN: pemuda anak nelayan miskin, yang karena droup out SMA, dan melelang KEPERJAKAAN-nya!.
KUAT: remaja 19 tahun, buruh pabrik.Sejak kecil ditinggal ayahnya merantau ke Jakarta dan tiada kabar berita! Dalam keterbatasan dia mewujudkan obsesi menjadi penulis dan bertemu ayahnya!
"Tak ada beda antara seorang lelaki yang pernah melakukan hubungan seks atau pun belum?" Benarkah?! Lalu apa arti perjaka bagi seorang lelaki? Saya menuturkannya dengan manis: Sisi sudut 4 remaja pria ketika mereka berkisah tentang arti PERSAHABATAN, KELUARGA, CINTA, juga pengalaman SEKS pertama mereka sebagai lelaki: dalam novel seksi KEPERJAKAAN( LODI-LIMANOV-LAYAN-KUAT)
Selasa, 04 Januari 2011
"TAMAN KARTINI"
Ada sepasang ABG beradu romantis
Ada sepasang suami istri bawa anak autis
Ada pengamen bergaya artis
Ada pelacur nawarin kencan gratis
Ada penulis yang tiba-tiab ingin pipis...
Ada sepasang suami istri bawa anak autis
Ada pengamen bergaya artis
Ada pelacur nawarin kencan gratis
Ada penulis yang tiba-tiab ingin pipis...
VIRUS FACEBOOK?
Mungkin aku sudah terkena virus facebook. Bayangin aja setiap hari aku selalu pergike warnet. Apalagi kalau buan fb-an. Padalah semula tujanku ke warnet untuk mengirim naskah. Karena aku seornag penulis, tepatnya penulis fiksi. Tepatnya lagi penulis fiksi anak? Hehhe..?
Padahal aku tak melulu menulis fiksi anak saja. Aku menulis fiksi segala usia, dari cerita balta sampai dewasa, rumah tangga dan kehidupan umum. Tapi entah cerpen umumyang kukirim sampai sekarang belum pernah dimuatdi media. Justru cerita anak karyaku yang sudah nongol pada beberapa media. Semisal pada 12 Januari 2010 cerita anak karyaku " BAJU BONEKA KAIN PERCA" menghiasi lembar YUNIOR surat kabar SUARA MERDEKA.
Bangga? Tentu saja!
Honornya? Bisa lah untuk mentraktir bakso sepuluh temanku!
Ada kepuasanbatin ayng tak bisa dikukur ketika karyamu dimuat di media. Apalagi jika orang yang mmbaca karyamu suka! Hehhhe
Aku terkena virus facebook? Mungkin juga. Karena detik melaju cepat menuju menit mengganti jam, aku terus fb-an lupa kalau harus segera kirim naskah! Ah....
Padahal aku tak melulu menulis fiksi anak saja. Aku menulis fiksi segala usia, dari cerita balta sampai dewasa, rumah tangga dan kehidupan umum. Tapi entah cerpen umumyang kukirim sampai sekarang belum pernah dimuatdi media. Justru cerita anak karyaku yang sudah nongol pada beberapa media. Semisal pada 12 Januari 2010 cerita anak karyaku " BAJU BONEKA KAIN PERCA" menghiasi lembar YUNIOR surat kabar SUARA MERDEKA.
Bangga? Tentu saja!
Honornya? Bisa lah untuk mentraktir bakso sepuluh temanku!
Ada kepuasanbatin ayng tak bisa dikukur ketika karyamu dimuat di media. Apalagi jika orang yang mmbaca karyamu suka! Hehhhe
Aku terkena virus facebook? Mungkin juga. Karena detik melaju cepat menuju menit mengganti jam, aku terus fb-an lupa kalau harus segera kirim naskah! Ah....
Langganan:
Postingan (Atom)