Selasa, 07 Maret 2017
CERMIN RATU SHIMA
Puisi Kartika Catur Pelita//
Ini bukan mimpi sesat, khayalan yang laknat, atau mimpi mudarat/
Ini kenyataan sesat, saat kau berpapasan dengan perempuan elok/
malam pekat dalamhutan lebat pada sebuah badai hebat/kau melihat seorang perempuan tak lagi elok, beraura tegas//
Jangan takut/Aku Ratu Shima/waktu kadang tak bersahabat,sering bikin perasan kalang kabut/Tapi aku bukan perempuan penakut/Ketika berperang, aku selalu berada di depan laksana panglima, serang!/Musuh kalang kabut dibabat/Kau kagum pada prajurit kerajaan, hebat/ aku lebih kagum pada persatuan rakyat/
jangan ragu/Sebagai Ratu Kalingga aku memang disembah, dipuja, tapi tak membuatku besar kepala/
Aku ingin mereka menghormatiku bukan sekedar topeng/kelak akan dicampakkan setelah aku tak lagi menjabat/
Jangan menganggap kaum kecil pecundang, kau pun bisa jadi biang pecundang
Jangan ragu/Sebagai ratu aku harus memberi tealadan kuat/
Menegakkan keadilan hebat/
Kau sudah mendengar kisahku/ Ketika aku harus memotong tangan putra mahkota karena mencuri emas/
Kalau kau melakukannya, bukan karena tak punya nurani/
Justru aku berpihak pada janji menegakkan keadilan sejati/
Pantang bagiku melanggar peraturan yang kubuat/
Pantang untukku menjilat ludah, walau berujud emas/
Hei, jangan pergi dulu/ Aku, Ratu Shima/Ketahuilah, kelak negerimu makmur dan jaya. Tentu saja jika kau mencintai rakyatmu, dan Tuhan merestui//
Kota Ukir, 2015-2017
SUMPAH PERAWAN RATU KALINYAMAT
Puisi Kartika Catur Pelita//
Jangan selalu kau ungkit tapa wudaku/Jangan kau berpikir mesum bila aku telanjang seperti bayi belajar mberangkang/Jangan kau anggap aku perempuan sundal yang gatal mencari lelaki untuk dijadikan pengganjal birahi binal//
/Ingat, aku masih perawan ketika bersanding dengan Kangmas Hadlirin di pelaminan permata ranjang permadani sutra/ Ramaku, Kanjeng Sultan Trenggana mencari lelaki linuwih, yang pantas jadi garwaku/ Tak hanya wasis mengolah asmara di ranjang, tapi juga brilian mengadu otak dan siasat, bertahan pada kehidupan yang terkadang tak memihak pada kebenaran//
/Ingat kisah tentang Aryo Penangsang yang menuntut hak/
/Ingat cerita guru yang tak adil/ Sunan Kudus yang emban cinde, emban siladan/
/Ingat derita perempuan yang kehilangan suami dengan cara nista dan ganjil/
/Aku, Ratu Kalinyamat bersumpah perawan: Tapa wuda sinjang rambut/ Ingsun ora pisan-pisan jengkar saka tapa ingsun yen durung iso adus keramas getihe. lan keset jembule Aryo Penangsang//
/(Tapa Wuda)Tapa wudaku bukan balas dendam semata/
/(Tapa Wuda)Tapa wudaku mohon ampun atas dosa-dosa/
/(Tapa Wuda)Tapa wudaku mendamba petunjuk Sang Pencipta/
/(Tapa Wuda)Tapa wudaku merenungi diri, bahwa hidup kosong dan manusia keranjang dosa//
Kota Ukir, 11 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)