Sabtu, 22 April 2017

Mengapa film KARTINI tak Syuting di Jepara?

Pada riuh jelajah pengunjung gebyar pameran UMKM, meninjau stand ke stand. Pertama mampir ke stand Karimunjawa. Jajaran kuliner khas hasil laut mendominasi. Ikan betet atau ada yang menyebutnya ikan kakaktua atau ikan ijo , menjadi primodona. Terwujud ikan kering alias ikan asin alias gesek. Produk olahan ikan ijo berupa abon. Kemasan oke, semoga rasanya pun oke. Karena saya baru tahu ada produk abon dari ikan ijo. Dari pengalaman mengantar wisatawan di Karimunjawa, ikan ijo menjadi salah satu primadona. Tersebab bentuknya nan unik, paruh ikan seperti congor burung betet atau burung kakatua. Daging ikan lumayan tebal dan warnanya putih mulus. Warna sisik ikan yang ijo(padahal ada juga yang biru, bahkan orange, hingga orang lebih gampang menyebut...ikan ijo! Berlanjut ke stand berikutnya, ada produk batik Jepara, tenun Troso, juga yang sering dipegang pelaku mebel di Jepara: ampelas. Satu merk terkenal pemroduksi ampelas memamerkan dagangannya. Kemudian stand beikutnya, ada alat pemanas elektronik, untuk yang suka mandi pakai air hangat, stand selanjutnya, jualan peralatan fitnes. Kemudian saya menyebarang stand yang menjejer sepanjang trotoar di bawah rindang pohon palm. Stand sosis dan aneka jus. Pernak-pernik busana muslim. Pada stand di sebelahnya, ada yang menarik. Pak Budi Miniatur, pembuat kerajinan dari limbah kayu jati. Lelaki ulet berasal dari Pecangaan Kulon terlihat tengah menata produk unggulan, berupa miniatur rumah adat Jepara. Yoi, bro, jika selama ini Jepara terkenal sebagai kota Ukir, jujur kita orang Jepara jarang mengetahui atau sekedar tahu: bagaimana sih rupa wujud rumah adat Jepara. Nah, kebetulan saya ketemu Pak Budi. Saya ngobrol-ngobrol lumayan lama, dari proses kreatif beliau membikin miniatur dari kayu limbah, hingga harapan-harapan beliau di masa depan dengan produknya yang kreatif dan inovatif. Setelah puas fotbar, melenggang ke stand setelahnya. Masih stand yang memamerkan produk bisana, dan makanan. Ada stand yang sengaja menggratiskan kue-kue produksinya untuk diicip-icip pengunjung.Saat melewati stand yang diajdikan setting beberapa perempuan foto, bukan swafoto, tapi ada seorang fotografer yang posisinya di tengah jalur, hingga kami pejalan, memilih menghentikan langkah, bahkan karib saya mengusulkan kita naik aja ke trotoar. Tak jadi, karena sesi foto kelar. Si perempaun berkebaya, berdandan ala Kartini-mungkin mereka baru pulang dari merayakan peringatan Hari Kartini di sekolah. Tak terasa sudah berada di stand ujung,berhadapan dengan museum Kartini, ketika seseorang memanggilku, tepatnya kami berpapasan dan ia memanggilku. Teman masa sekolah, beliau sekarang menekuri fotografi,selain pemilik toko komputer di Kota Ukir. Setelah berbincang sekejap, eh, ternyata kami berada di stand kopi. Ini kopi tempur, ada juga kopi wonosobo, teman saya bersiar, tak mungkin melupakan kota tempat istrinya berasal: Wonosobo. Saya mengiyakan, seraya bilang, wah saya jadi ingat masa muda, saya memiliki teman yang tinggal di Temanggung, dan pernah naik ke gunung Sumbing. Perbincangan usai, saat saya pamit, ketika melihat ia sibuk berfoto, atau memotret. Ya, beliau juga bergiat di komunitas fotografi di Jepara. Sohib, saya mengikutilangkahnya yang telah berada di atas trotoar, bersapa dengan petugas Museum Kartini Jepara. Kita berbincang, si petugas menawari kami untuk memasuki museum, kami memilih lain kali, karena saat ini kami ingin mengunjungi pameran Sisi Lain Kartini. Sebuah gedung yang masih termasuk gedung Museum Kartini yang berbentuk KTN(bentuk bangunan kalau dilihat dari atas), dan petugas jaga mempersilakankami masuk. Sebuah pameran yang memajang foto dan kliping tentang R.A. Kartini. Ada juga benda yang bersingkat sejarah dalam kehiudpan Kartini, semisal Macan Kurung dan Mesin Jahit yang konon pernah dipergunakan R.A. Kartini. Apa yang dimaksud Sisi Lain Kartini? Bro, ini sekolah Kartini yang pernah ada di Jepara? Kami menjelajah seisi ruang dan melihat pengunjung yang sebagian kaum muda dan pelajar. Wah, ada barisan buku tentang R.A. Kartini di kotak kaca. Sohib asik memotret, saya melihat sekilas juudl buku. Sebagian besar saya sudah pernah membacanya. Untuk kenang-kenangan, saya berfoto di layar bertuliskan Sisi Lain Kartini. Saat saya mau jelang pintu keluar, berpapsan dengan serombongan Kartini-Kartini Cilik yang tengah asik meliaht pameran. Jiwa keingintahuan saya keluar, saya mengajak mereka bercakap, tentang sejarah R.A. Kartini, tentang film R.A. Kartini(1983), yang diperankan Yenny Rahman, atau film Kartini(2017)yang diperankan Dian Sastro. Tentang film Kartini yang versi Yenny Rahman yang sebagian sytung di Jepara, di pendopo asli, dan memberdayakan pemain figuran. Murid-murid SD Panggang 1, yang berperan sebagai murid Kartini), atau dipan ukir Nyah Tengkleng yang dipergunakan untuk syuting Nani Wijaya yang berperan sebagai Ngasirah Ibu kandung R.A. Kartini. Sebagain syuting juga dilakukan di Loji Gunung. Sayang, dalam film R.A. Kartini versi Dian Sastro, syuting tak mengambil lokasi di Jepara. Pihak pembuat film menawarkan kerjasama, dengan pemkab Jepara. Miniatur pendopo Jepara-sebagai tempat syuting dengan nilai nominal pembuatan studio(tempat syuting senilai 8 M). Pihak pemkab tak menyanggupi. Padahal jika menilik keberadaan R.A. Kartini, semestinya pihak Pemkab berpikir ulang.Sebagai lokasi syuting flm Kartini selain melanggengkan nilai historis sebagai kota yang bersentuhan dengan perjalanan hidup Kartini, juga sebagai ajang mempromosikan wisata Jepara ke seantero dunia. Tapi begitulah, keberadaan kesenian bukan sesuatu yang dianggap penting, bahkan miris saat film Kartini diputar di kota lain, di Jepara sama sekali tak ada nobar.(Terlepas dari tak adanya bioskop di Kota Jepara) Melepas dari gedung pameran Sisi Lain Kartini, kami berkeliling lagi dari stand ke stand. Bertemu mantan murid sohib yang menjaga stand mainan anak dengan berdanadan baju pengantin Kediri(Eh, ada hubungan apa pramuniaga sepasang berpakaian ala adat Jawa khas Kota Kediri), kemudian ke stand sebelah utara yang sepanjang lokasi mewakili kecamatan di Jepara. Mereka memamerkan kuliner khas Jepara. Sebagian besar makana, jajanan, mimunam, terbuat dari umbi-umbian ganyong, suweg, talas, uwi. Saat melewati stand yang berisi tetumbuhan, saya bersua seorang pegiat puisi. Ia salah satu penampil puisi terbaik di Jepara. Namanya Mbak Ida. Kami kerap bertemu dalam beberapa lomba baca puisi atau geguritan. Terakhir sua pada pameran buku jepara, November 2016. Mbak Ida menjagai aneka tumbuhan, terutama sayuran. Saya berbincang, seraya mencari lombok setan. Rekannya Mbak Ida meledek. Di sini adanya lombok iblis, Mas. Wekweksor. Saya berbincang lumayan lama, sekedip bayangan sohib raib. Saya gegas pamit pada Mbak Ida. Di antara keramaian pengunjung saya melihat sosoknya yang berpakaian khas. Saya hendak menghampirinya, ketika seorang remaja putri belia menghampiri saya. "Mas, tasnya dapat di mana?" "Di pameran Sisi Lain Kartini, Mbak." "Di mana tempatnya?" "Jalan aja lurus," saya mengantarnya ke dekat lapangan alun-alun. Menunjuk ke arah museum Kartini yang tertutupi deretan stand berjajar dalam gebyar pameran UMKM, dalam rangka Festival Kartini 2017, sekaligus harlah Jepara ke-468. Selewat gadis belia itu pergi saya memandang tas warna merah hati-suvenir gratis saat kau berkunjung ke pameran Sisi Lain Kartini. saya memandang tas itu dan sosok saya. Menarik mana antara sosok KCP dan tas-yang menurut saya biasa saja-tapi mempunyai daya magis mengundang gadis belia untuk menghampiri saya. Kirain dia naksir saya, bro. Ternyata....naksir tas merah hati saya.

Jumat, 21 April 2017

SISI LAIN KARTINI dan KARTINI-KARTINI CILIK

Pengin mengenal lebih mendalam sosok R.A. Kartini. Kalian yang berdomisili di Jepara, silakan datang di Pameran Sisi Lain Kartini yang digelar sejak 17 April hingga 22 April 2017. Pameran Sisi Lain Kartini digagas dan diselenggarakan oleh Museum Kebangkitan Nasional Jakarta. Oya, tiket acara free, bahkan pengunjung mendapat suvenir berupa tas cantik yang didalamnya beisi poster riwayat R.A. Kartini. Saya berkunjung pada Jumat, 21 April 2017. Pengunjung kebanyakan kaum muda dan pelajar. Saat saya berada di sana, kebetulan sua Kartini-Kartini Cilik yang merupakan siswa SD Kanisius Jepara. Mereka sangat antusias mengenal dan memahami siapa tokoh perempuan hebat dari Jepara. R.A. Kartini yang membukakan pintu gerbang kaumnya untuk mengenyam pendidikan. Selamat Hari Kartini, 21 April 1879-21 April 2017.

Selasa, 21 Maret 2017

Promo Buletin AMJ(Akademi Menulis Jepara)

Pelatihan Menulis bersama komunitas Akademi Menulis Jepara pada Sabtu, 18 Maret terlihat riuh seperti biasanya. Yups, saat pelatihan, sang pemateri KCP berbagi proses kreatif dengan menguarkan materi 'All About Cerpen.' Kali ini rame-rame membahas cerpen berjudul: 'Wanita Perkasa' karya Nabilla Adinda AMJ. Peserta paling imut ini terlihat anjoy saat cerpennya yang terinspirasi dari perjuangan perempuan hebat Jepara, 'Ratu Kalinyamat'- dipuja, sesekali dibumbui kritik oleh sahabat AMJ.Sesi maju di papan tulis diawali dari Nabila, Titin Arifin, Rifa'ti Ihsan, dan Zufar. Mereka ditantang untuk menulis dengan baik dan benar. Semisal kalimat yang didiktekan oleh KCP dan Titin kudu menulis di white board. Titin.(1.Cih! Harimau pun tak sudi memangsa anaknya.) (2.Cih, harimau pun tak sudi memangsa anaknya.) Pada pertemuan kali ini hadir KCP, Susi Susindra, Sinna Saidah Az Zahra, Nabilla AMJ,Zufar, GM Saivul, dan Alvi Srikandi, dan 'tamu istimewa' Bapak Sumardiyanto GEC. Pada pertengahan pelatihan yang disarati goyon,(Ternyata, Rifa'ti Ihsan tidak mengerti makna diksi 'sarat', hadir Mas GM Saivul dan Bu Alvi Srikandi, yang menenteng Buletin AMJ edisi terbaru. Keren, euy. Edisi bulan Maret- yang mengusung tema 'Mengejar Impian' ini memuat tulisan Rifa'ti Ihsan, Susi Ernawati, I'an Arumi, dan Innocento Dyah Nurmala.

Kartika Catur Pelita 'Disamperin Penggemar' Setelah Seminar di Unisnu

Kartika Catur Pelita berusaha tampil maksimal saat didapuk sebagai pembicara di Seminar Jurnalistik 'Let's Do Business By Writing di kampus Unisnu, Pekeng, Tahunan, Jepara, pada Sabtu, 18 Maret 2017. Meski jadwal molor dari agenda semula, penulis yang beken gara-gara menulis novel Perjaka ini, berusaha tampil enjoy. Dengan gaya stand up komedi, guyon, KCP-begitu pria lajang ini biasa dipanggil, berbagi trik, dan pengalaman sebagai penulis. Pun memamparkan makalahnya, 'The Power off Writing."Karena terbatasnya waktu, semula panitia menetapkan 45 menit, ternyata karena jam molor, saya hanya diberi waktu 30 menit. Tentu saya harus memangkas beberapa materi yang sudah saya siapkan,tanpa mengurangi point-point penting, " tutur penginspirasi sekaligus pengampu pelatihan menulis komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ), ini. Dalam seminar yang digelar di Gedung FEB, Lt. 3 ini KCP memilih menampilkan slide berupa gambar. Beberapa senyum dan tawa pecah saat terlintas gambar-gambar yang unik. Pada sesi tanya jawab, terpilih oleh moderator tiga penanya, yang ajaibnya cowok semua.Mereka menanyakan : apa tips untuk seorang yang suka menulis, tapi tak suka membaca. Bagaimana cara menjual tulisan. Suka dan sudah menulis, tapi tak tahu bagaimana cara mengirim naskah/naskah tulisan diapakan? Bagaimana ketika kita memiliki produk, nanum penjualan belum maksimal? Akhirnya ketiga penanya memperoleh jawaban memuaskan dari pemateri, juga mendapat door prise dari panitia. Acara pun berakhir setelah penyerahan plakat dari panitia ke pemateri dan foto dokumentasi. Saat seminar usai dan KCP keluar dari ruangan, berpapasan dengan beberapa peserta yang meminta foto bareng. Salah satunya seorang dara manis, bernama Evy Savitry. Mahasiswi salah satu fakultas di Unisnu ini ternyata menyukai tulisan KCP,"Saya suka puisi Kartini(Kartini, Aku Bukan Perempuan Batu...)yang ditulis Bapak.Saya sengaja datang untuk bertemu.Sebelumnya hanya bisa kagum pada coretan Bapak. Terima kasih motivasinya hari ini, Pak."

Seminar Jurnalistik di UnisNu Berlangsung Meriah

Kegiatan Seminar Jurnalistik bertajuk 'Let's Do Business By Writing' yang diadakan LPM Ekonomika-Fakultas Ekonomi Bisnis- Universitas Islam Nadlatul Ulama,(Unisnu), Jepara, pada Sabtu, 18 Maret 2017 berlangsung meriah. Pembicara berbagi pengalaman dan ilmu tentang bisnis di dunia media cetak dan peluang-peluang bisnis yang memanfaatkan keterampilan menulis.Berikut beberapa foto di acara seminar yang dihadiri 200 mahasiswa Unisnu dari pelabagi fakultas, dan tamu undangan.

Kamis, 16 Maret 2017

Kartika Catur Pelita Mempublikasikan Cerpen Bibit, Bebet, dan Bobot.

Cerpen Bibit, Bobot, dan Bobot adalah cerpen karya Kartika Catur Pelita yang dimuat di tabloid Genie, edisi bulan Desember 2016, cover depan Jupe dan Dewi Persikk, sementara cover belakang terpampang Acha Septriacha yang bersiar hendak menikah. Pada halaman cover ini tertulis : Cerpen Bibit, Bebet, dan Bobot. Penulis Kartika Catur Pelita. Oya, cerpen Bibit, Bebet, dan Bobot berkisah tentang perjuangan seorang pengusaha abon, yang memiliki putri tomboi bernama Sri Kanti. Pada masa puber, Sri Kanti-rakyat jelata menjakin cinta dengan seorang pemuda tampan berdarah biru. Bila cinta bersatu? Cerpen Bibit, Bebet, dan Bobot lumayan panjang, berjumlah 12.000 cws. Mungkin yang baca blog ini ada yang sudah pernah membaca fiksi ini. Silakan berbagi.

Kartika Catur Pelita Menguarkan The Power off Writing

Kartika Catur Pelita, penulis nasional berasal dari Kota Jepara akan menguarkan makalahnya yang berjudul 'The Power Off Writing' pada acara Seminar Jurnalistik yang dihelat LPM Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Nadaltul Ulama, UNISNU, Jepara, pada Sabtu, 18 Maret 2017.