//(1)PADA MASA REFORMASI INI/ Putri bangkit kembali/Termangu memandangi Jepara hari ini/Bangunan gedung warna-warni/Mobil mewah mengejar kontainer berlari/Sepeda motor baris seperti biri-biri/Bos-bos mebel hidup mewah bak di negeri Kiwari/Tukang ngampelas kerja sepenuh hari/Sekedar tuk membeli nasi berlauk teri/Para ekspatriat berdansa-dansi menari/Perempuan-perempuan sundal menggelelinjang . ah, ah, ahai...nikmatnya kawin kontrak, kawin siri!//(2)PADA MASA REFORMASI INI/Putri bangkit kembali/Mengukir kenangan di Pantai Bandengan yang asri/Bermain ayunan, tebak-tebakkan, berlari/Berenang bermandi mentari/Menikmati ikan bakar kemangi/Tapi Putri merutuk sedih melihat pemuda-pemudi bercumbu di irmbun rumpun pandan berduri/Sudahkah mereka lupa bahwa zinah adalah dosa terperih?//(3)PADA MASA REFORMASI INI/Putri bangkit kembali/Mengelilingi Jepara berganti hari/Di Belakang Gunung pemahat sejati sekedar jadi kuli/Mencari sesuap nasi demi anak istri/Sebagian malah asik malah nonton dangdutan/Kota Jepara jumpa lagi dengan Romansa/Bergoyang...Sing Penting Joget...Sampai Pagi...Iwak Peyek, Bukak Sithik Jos, Ngamen, Oplosan/Mabuk-mabukkan, fly, berteman lelaki-perempuan bergincu dalam tarian lupa diri/Ayo, ke Pungkruk, garuk-garuk/Gurih-gurih, nyoi/Koprat-kapret/Wekweksor/Dan anak belasan tahun maish juga trek-trekkan menyabung nyawa sekedar mencari identitas diri/Di masjid tinggal orang-orang tua menebar amal seraya menghitung hari/Karena Jepara semakin menua, langit buram disemprot melamin/Laut tercemari limbah/Pantai dimangsa abrasi/Pasir, bukit, hutan, pulau, digerogoti tikus berdasi/Tapi di semenanjung Muria, masih saja orang berdebat demi pangkat/Mencari kebenaran sendiri demi proyek dan ambisi/Sampai hari ini keinginan belum berakhir menjadikan Jepara Kota Nuklir//(4)PADA MASA REFORMASI INI/ Putri bangkit kembali/Menyusuri jalanan malam yang ramai tapi sepi/Menengok pendopo, melintasi alun-alun, bertafakur di Masjid Agung Baitul Makmur/terpatri nurani di perempatan Jalan Kartini/Bintang jatuh membias pada perempuan berkain-kebaya membawa obor batu!/Berkawan anak kecil membawa buku dari batu!/ Putri menangis tergugu, memeluk sang bayu/Tersedu meratap pilu//AKU BUKAN PEREMPUAN BATU. BIARKAN AKU MENJADI LILIN YANG MENERANGI DUNIA. WALAU TUBUHKU TERBAKAR API, DAN CAHAYA SEMAKIN MEREDUP. BAHKAN DI TANAH KELAHIRANKU SENDIRI.// Kota Ukir, 7 Maret 2010-9 April 2014
Senin, 06 Maret 2017
KARTINI, AKU BUKAN PEREMPUAN BATU
//(1)PADA MASA REFORMASI INI/ Putri bangkit kembali/Termangu memandangi Jepara hari ini/Bangunan gedung warna-warni/Mobil mewah mengejar kontainer berlari/Sepeda motor baris seperti biri-biri/Bos-bos mebel hidup mewah bak di negeri Kiwari/Tukang ngampelas kerja sepenuh hari/Sekedar tuk membeli nasi berlauk teri/Para ekspatriat berdansa-dansi menari/Perempuan-perempuan sundal menggelelinjang . ah, ah, ahai...nikmatnya kawin kontrak, kawin siri!//(2)PADA MASA REFORMASI INI/Putri bangkit kembali/Mengukir kenangan di Pantai Bandengan yang asri/Bermain ayunan, tebak-tebakkan, berlari/Berenang bermandi mentari/Menikmati ikan bakar kemangi/Tapi Putri merutuk sedih melihat pemuda-pemudi bercumbu di irmbun rumpun pandan berduri/Sudahkah mereka lupa bahwa zinah adalah dosa terperih?//(3)PADA MASA REFORMASI INI/Putri bangkit kembali/Mengelilingi Jepara berganti hari/Di Belakang Gunung pemahat sejati sekedar jadi kuli/Mencari sesuap nasi demi anak istri/Sebagian malah asik malah nonton dangdutan/Kota Jepara jumpa lagi dengan Romansa/Bergoyang...Sing Penting Joget...Sampai Pagi...Iwak Peyek, Bukak Sithik Jos, Ngamen, Oplosan/Mabuk-mabukkan, fly, berteman lelaki-perempuan bergincu dalam tarian lupa diri/Ayo, ke Pungkruk, garuk-garuk/Gurih-gurih, nyoi/Koprat-kapret/Wekweksor/Dan anak belasan tahun maish juga trek-trekkan menyabung nyawa sekedar mencari identitas diri/Di masjid tinggal orang-orang tua menebar amal seraya menghitung hari/Karena Jepara semakin menua, langit buram disemprot melamin/Laut tercemari limbah/Pantai dimangsa abrasi/Pasir, bukit, hutan, pulau, digerogoti tikus berdasi/Tapi di semenanjung Muria, masih saja orang berdebat demi pangkat/Mencari kebenaran sendiri demi proyek dan ambisi/Sampai hari ini keinginan belum berakhir menjadikan Jepara Kota Nuklir//(4)PADA MASA REFORMASI INI/ Putri bangkit kembali/Menyusuri jalanan malam yang ramai tapi sepi/Menengok pendopo, melintasi alun-alun, bertafakur di Masjid Agung Baitul Makmur/terpatri nurani di perempatan Jalan Kartini/Bintang jatuh membias pada perempuan berkain-kebaya membawa obor batu!/Berkawan anak kecil membawa buku dari batu!/ Putri menangis tergugu, memeluk sang bayu/Tersedu meratap pilu//AKU BUKAN PEREMPUAN BATU. BIARKAN AKU MENJADI LILIN YANG MENERANGI DUNIA. WALAU TUBUHKU TERBAKAR API, DAN CAHAYA SEMAKIN MEREDUP. BAHKAN DI TANAH KELAHIRANKU SENDIRI.// Kota Ukir, 7 Maret 2010-9 April 2014
KARTINI, Aku Perempuan yang Pernah Menangis Darah
//Aku Perempuan yang pernah menangis darah/Ketika masih ingin sekolah tapi tradisi marah//Padahal Kartono dan Kartini sama-sama berdarah merah//Aku perempuan yang pernah menangis darah/Sepanjang hari harus di rumah/
Tapi aku tak pantang menyerah/
Kuajak Rukmini dan Kardinah membuka sekolah/Kuajari perempuan jelata baca-tulis, pengetahuan, dan sejarah//Aku perempuan yang pernah menangis darah/
Tapi aku bukan perempuan lemah/Kuisi hari dengan belajar Bahasa Belanda, membaca, merangkai kata indah/
Membatik, melukis, mendesain botekan, ukiran Jepara nan mewah//
Aku perempuan yang pernah menangis darah/
Harus memilih antara sekolah dan menikah/
Biarkan aku berbakti pada Ayah-Bunda tuk selaksa berkah.//Aku perempuan yang pernah menangis darah
Ragaku mati muda, tapi semangat selalu membuncah/ Laksana api abadi tetap nyala biar langit basah/Tolong, tolong, catat namaku dalam pekat sejarah//Kota Ukir,
Kartika Catur Pelita, 14 April 2011-10 April 2014
Kartika Catur Pelita, 14 April 2011-10 April 2014
Langganan:
Postingan (Atom)