//Aku Perempuan yang pernah menangis darah/Ketika masih ingin sekolah tapi tradisi marah//Padahal Kartono dan Kartini sama-sama berdarah merah//Aku perempuan yang pernah menangis darah/Sepanjang hari harus di rumah/
Tapi aku tak pantang menyerah/
Kuajak Rukmini dan Kardinah membuka sekolah/Kuajari perempuan jelata baca-tulis, pengetahuan, dan sejarah//Aku perempuan yang pernah menangis darah/
Tapi aku bukan perempuan lemah/Kuisi hari dengan belajar Bahasa Belanda, membaca, merangkai kata indah/
Membatik, melukis, mendesain botekan, ukiran Jepara nan mewah//
Aku perempuan yang pernah menangis darah/
Harus memilih antara sekolah dan menikah/
Biarkan aku berbakti pada Ayah-Bunda tuk selaksa berkah.//Aku perempuan yang pernah menangis darah
Ragaku mati muda, tapi semangat selalu membuncah/ Laksana api abadi tetap nyala biar langit basah/Tolong, tolong, catat namaku dalam pekat sejarah//Kota Ukir,
Kartika Catur Pelita, 14 April 2011-10 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar